Menyelami Dunia Mermaid Arta Derau

Picture this: seorang mermaid atau putri yang tidak lenyap menjadi buih laut demi cinta, melainkan muncul dari ombak dengan otoritas diri yang kuat. Inilah dunia yang ingin diciptakan oleh Sekarputi, seniman di balik keramik mermaid yang menjadi signature Arta Derau. Bersama timnya, ia mengajak kita menjelajahi koleksi karya seni keramik fungsional—mulai dari alat makan, vas, hingga banyak lagi—yang terinspirasi oleh pesona magis dari mermaid. Tapi, jangan salah kira kalau mermaid ini ala-ala Disney; mermaid karya Sekarputi adalah sosok yang berani, mandiri, dan berlandaskan kuat pada tradisi, tapi pada saat yang sama juga membebaskan diri dari belenggu kolonial.

Sekarang ini, Sekarputi bukan hanya seorang seniman visual berbasis keramik, tapi juga salah satu pendiri dan driving force di balik Ruang Arta Derau (RAD) di Tegallalang. Tapi, jauh sebelum pindah ke Bali pada 2018, salah satu body of work-nya yang utuh adalah koleksi mermaid ini. Mermaid Sekarputi terinspirasi dari kisah indah tapi tragis The Little Mermaid karya Hans Christian Andersen (yes, the OG version), di mana cinta berujung pada pengorbanan, dan sang mermaid berubah menjadi buih laut.

Tapi, of course mermaid Sekarputi tidak lenyap jadi buih. Mereka justru menjadi simbol otonomi dan otoritas diri, sebuah pernyataan tentang kemandirian dan tekad yang berasal dari dalam diri. Mermaid-mermaid ini tidak membutuhkan pangeran untuk menentukan value mereka; mereka adalah pahlawan dan protagonis dalam cerita mereka sendiri. Reimajinasi narasi mermaid ini bukan sekadar pilihan kreatif, melainkan juga komentar tegas tentang femininitas dan kemandirian modern.

Dari segi palet warna, semua karya mermaid Sekarputi mengingatkan pada keramik tradisional—putih lembut dan biru kobalt yang mengingatkan pada lautan, kombinasi yang tak lekang oleh waktu. Tapi jangan terkecoh oleh warna-warna yang familier; desainnya sama sekali tidak konvensional. Bentuk pletat-pletot (tidak simetris) dari sendok dan vas mermaid-nya menambahkan sentuhan playful dan sedikit rebel dari bentuk keramik klasik. Ini terbilang inovatif pada masanya, ketika studio keramik independen masih langka, dan dunia keramik didominasi oleh produksi massal pabrik, bukan karya buatan tangan yang one-of-a kind. Jadi, bisa dibilang, ketidaksempurnaan yang disengaja ini menantang estetika keramik tradisional yang serba-sempurna dan terkolonisasi, menciptakan bahasa visual yang fresh.

Koleksi mermaid. Karya utuh pertama Sekarputi, yang ia mulai di Bandung hampir 20 tahun lalu, di mana perjalanannya memadukan tradisi, whimsy, dan otoritas diri dimulai.

Melalui koleksi ini, Arta Derau mengajak kita berkenalan dengan mermaid yang tangguh, mandiri, dan penuh kepribadian. Bayangkan alat makan yang juga menjadi karya seni, vas yang bercerita, dan keramik yang sama fungsionalnya dengan fantastisnya. Tapi jangan harap vibes princess yang sempurna dan mengilap—mermaid Arta Derau itu wonky, whimsical, dan tanpa tedeng aling-aling menjadi diri apa adanya.

Mangkuk Keramik Mermaid. Dengan warna putih dan biru klasik, mangkuk mermaid ini tetap setia pada nuansa keramik tradisional, tapi membawa twist yang fresh.

Perhatikan bagaimana mermaid-mermaid ini tidak berbentuk sempurna seperti yang biasa kita lihat di dongeng? Ya memang itu tujuannya. Mermaid-mermaid ini hadir untuk mendobrak batasan dan mendefinisikan ulang apa arti “ideal”. Mereka mengingatkan kita bahwa kecantikan bukanlah tentang kesempurnaan—melainkan tentang merangkul diri sendiri apa adanya, dan merasa nyaman in our own skin. Ini tentang menyadari bahwa kita sudah cukup, apa adanya, dan merasa cantik dengan cara kita sendiri. Di dunia yang sering kali memberi tahu perempuan bagaimana seharusnya mereka terlihat, mermaid-mermaid ini adalah perwujudan yang sederhana namun kuat akan self-love dan feminisme.

Proses kreatifnya tak kalah menarik dari karya-karyanya. Semuanya dimulai dengan Mermaid Spoon, alat makan keramik yang mengaburkan batas antara seni dan fungsi. Karya ini bukan sekadar sendok; itu adalah sebuah narasi. Sendok itu bercerita tentang transformasi, ketangguhan, dan keindahan dalam ketidaksempurnaan. Desain sendok ini menonjol dan berbeda dari keramik biasa, mengisi gap yang ada dengan sesuatu yang segar dan unik, memadukan estetika indah sekaligus storytelling.

Dan tidak berhenti di sendok. Seiring waktu, koleksi ini berkembang, memadukan elemen khas Arta Derau lainnya seperti pelangi, wajah-wajah perempuan yang whimsical, hingga tambahan terbaru: mermaid coquette. Kepindahan studio Arta Derau ke Bali memberi lebih banyak nyawa pada karya mereka, diisi dengan energi kreatif dan keahlian kerajinan tangan khas pulau ini. Pergeseran ini menandai awal perjalanan studio dalam menciptakan karya keramik yang benar-benar unik, penuh kepribadian dan seni.

Sendok yang memulai segalanya—playful, wonky, dan penuh kepribadian, seperti mermaid yang menginspirasinya.

Yah, memang bisa dibilang kalau kepindahan ke Bali semakin memicu evolusi koleksi ini, memungkinkan koleksi mermaid berkembang dan menjadi prototipe untuk karya-karya selanjutnya. Setiap koleksi baru yang muncul membawa semangat yang sama: membebaskan diri dari konvensi tradisional. Pendekatan desain dan storytelling ini menjadi ciri khas Arta Derau, membuktikan bahwa keramik bisa fungsional sekaligus ekspresif.

Jadi, bisa dibilang koleksi mermaid adalah percikan yang memicu naiknya Ruang Arta Derau di dunia keramik. Dengan reimajinasi berani pada bentuk tradisional dan pesona playful-nya, koleksi ini dengan cepat menjadi signature studio, membedakannya dari keramik produksi massal yang mendominasi pasar.

Koleksi Mermaid Sekarputi adalah pengingat bahwa seni tidak harus memilih antara bentuk dan fungsi—keduanya bisa dimiliki. Sama seperti diri kita sendiri.

Previous
Previous

Rizibë: ISLE PROMISE - Only Count The Days That Are Bright